Di dalam berbahasa Arab itu ada kata kerja (fi’il) dan
fi’il itu dibagi juga berdasarkan waktunya seperti waktu kejadiannya yang
lampau ( الما
ض ), sedang atau akan (المضارع), dan perintah ( الامر ).
Jadi untuk mempermudah kita dalam berbahasa Arab kita
harus mengetahui penggunaan kata kerja tersebut dan supaya kita lebih mudah
mengetahuinya, bahwa fi’il madhi itu difatahkan akhirnya selama-lama, dan fi’il
mudhari’ itu bertambahnya huruf انيت,
sedangkan fi’il amarnya itulah yang akan kita bahas didalam makalah ini.
Jadi, penulis menyadari pasti ada kesalahan dan
kejanggalan yang terdapat di dalam makalah ini, karena tidak ada gading yang
tak retak. Untuk itu penulis sangat besar harapannya kepada para pembaca
khususnya dosen pembimbing mata kuliah ini, mohon kritik dan saran yang
membangun untuk kemajuan kedepan. Dan atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
B.
Pengertian Fi’il Amr
وامر يعرف بدلالته
على الطلب وقبوله يا ء المخاطبة المؤنثة
Fi’il amar dapat diketahui dengan menunjukkan arti
thalab (tuntutan) dan sering disisipi ya muannats mukhathabah.[1]
وامر ما دل على حدث
فى المستقبل وعلا مته ان يقبل ياء المؤنثة المخاطبة ويدل على الطلب. نحو :
اضرب فصار اضربي
انصر فصار انصري
انظر فصار انظري
اجلس فصار اجلسي
Dan amr ialah lafazh yang menunjukkan kejadian
(perbuatan) pada masa yang akan datang, alamatnya ialah sering diberi ya
muannats mukhatabah dan menunjukkan makna thalab (tuntutan).[2]
Contoh :اضرب menjadi اضربي
انصر menjadi انصري
انظر menjadi انظري
اجلس menjadi اجلسي
C.
Tanda Fi’il Amr
- (والامر
مجزوم ابدا) يعنى انه مبني على السكون التسبيه بالجزم
Dan Fi’il amr itu majzum selamanya, yaitu huruf
akhirnya mati, yakni fi’il amr itu mabni sukun yang menyerupai jajam.
يجلس ـ اجلس
ينصر ـ انصر
يعلم ـ اعلم
يحسب ـ احسب
يذهب ـ اذهب
يرجع ـ ارجع
يكتب ـ اكتب
- Dan apabila fi’il itu mu’tal akhir dengan alif, waw, atau ya, maka mabni membuang huruf illat. Yaitu: ا, و dan ي
يدعو
ـ ادع
يخشى
ـ اخش
يبكى
ـ ابك
ينهى ـ
انه
- Dan jika bersambung padanya alif tatsniyah, wawu jama’ah atau ya muannatsah mukhatabah, dia mabni membuang nun.[5]
Contoh: اضربي ـ اضربوا ـ اضربا
اجلسي ـ اجلسوا ـ اجلسا
اكتبي ـ اكتبوا ـ اكتبا
- Dan jika bersambung dengan nun taukid, maka mabni fatah.
Contoh: اضربن
اضربن
D.
Cara-Cara Pembentukan Fi’il Amr
- Fi’il Madhi Tiga Huruf.[6]
فعل الامر
|
فعل المضارع
|
فعل الماض
|
انصر
|
ينصر
|
نصر
|
انزل
|
ينزل
|
نزل
|
ابلغ
|
يبلغ
|
بلغ
|
اعمن
|
يعمن
|
عمن
|
|
يحسن
|
حسن
|
اشرب
|
يشرب
|
شرب
|
Dari contoh keenam diatas dapat diketahui bahwa bentuk
fi’il amr ( فعل
امر ) dari:
a.
Bentuk dari fi’il mudhari’ dengan menambah huruf hamzah
sebelum fa fi’il, dan mendapat tanda baca yang terdapat pada “ain fi’il dari
mudhari’. Kemudian lam fi’ilnya mendapat tanda baca sukun.
Contoh: ينصر ـ انصر
يجلس
ـ اجلس
يحسب ـ
احسب
b.
Dan jika ‘ain fi;il mudhari’nya berbaris fathah, maka
hamzah tambahan sebelum fa fi’il diberi tanda baca kasrah ( كسرة )
Contoh: يفتح ـ افتح
يشرب
ـ اشرب
يبلغ ـ
ابلغ
ينصرـ انصر
يقرأ ـ
إقرأ
- Fi’il Madhi Mazid
امر
|
مضارع
|
ماض
|
فرح
|
يفرح
|
فرح
|
ضارب
|
يضارب
|
ضارب
|
تقطع
|
يتقطع
|
تقطع
|
تقاتل
|
يتقاتل
|
تقاتل
|
a.
Dari contoh diatas berarti cara membuat fi’il amrnya
yaitu dengan membuang huruf mudhara’ahnya dan menjazamkan lam fi’ilnya.
b.
Bila huruf tambahannya dimulai dengan hamzah washal,
maka tanda bacanya disesuaikan dengan tanda baca ‘ain fi’ilnya.
Contoh:
امر
|
مضارع
|
ماض
|
استغفر
|
يستغفر
|
استغفر
|
استخرج
|
يستخرج
|
استخرج
|
اجتمع
|
يجتمع
|
اجتمع
|
c.
Bila huruf tambahannya hamzah qath’i, yaitu hamzah yang
harus dibaca dengan bunyi a walaupun didepannya ada huruf lain, maka hamzahnya
tetap difatahkan.[7]
Contoh: أكرم ـ يكرم ـ أكرم
أنزل ـ ينزل ـ أنزل
E.
Tasrip Fi’il Amr
Jenis Kalimat
|
جمع
|
مثنى
|
مفرد
|
B. Kalimat
|
مخاطب
|
اكتبوا
|
اكتبا
|
اكتب
|
مذكر
|
مخاطبة
|
اكتبن
|
اكتبا
|
اكتبي
|
مؤنث
|
F.
Kesimpulan
Fi’il amr itu ialah kata kerja yang menunjukkan masa
yang akan datang dan menunjukkan arti tuntutan.
Contohnya:
اضرب
Pukullah bisa menjadi اضربي pukullah (oleh perempuan).
Dan fi’il amr itu bisa digunakan kepada laki-laki an perempuan.
Adapun tanda fi’il amr itu antara lain:
- Dijazamkan akhirnya selama-lama. Selama tidak ada padanya mu’tal akhir, seperti ا, و, ي dan tidak ada padanya alif tatsniyah ataupun wawu jama’ah.
- Jika fi’ilnya mu’tal akhir maka dibuanglah huruf illatnya.
- Jika bersambung dengan alif tatsniyah atau wawu jama’ah maka dibuanglah huruf nunnya.

افعل,
انصر, انظر ادع, انه,
ارم اضربو, اضربا
Dan cara pengambilan fi’il amr itu ialah:
1.
Jika fi’ilnya itu sitiga huruf tidak ada tambahan, maka
diambil dari fi’il mudhari’, yaitu dengan membuang huruf mudhari’nya dan dengan
menambah hamzah sebelum fa fi’ilnya dan dibarisi dengan baris yang sama dengan
‘ain fi;ilnya dan bila mana‘ain fi’ilnya berbaris fatah maka hamzahnya dibarisi
dengan kasrah.
Contoh: ينصر ـ انصر
يفتح ـ
افتح
2.
Jika fi’ilnya lebih dari tiga huruf, maka caranya ialah
dengan membuang huruf mudhari’nya dan menjazamkan lam fi’ilnya.
Contoh: يضارب ـ ضارب
3.
Jika huruf tambahannya dengan hamzah washal, maka
barisnya disesuaikan dengan ‘ain fi’ilnya dan dijazamkan lam fi’ilnya.
Contoh: يستغفر ـ استغفر
4.
Jika huruf tambahannya ialah hamzah qath’I, maka
hamzahnya itu tetap dibarisi dengan fatah. Seperti: يكرم ـ أكرم
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, Kiti. Moch.
Ilmu Nahwu, Bandung :
Sinar Baru Algensindo, 2006.
Aroa’ini, Syekh
Syamsuddin Muhammad. Ilmu Nahwu Terjemahan Mutammimah Al-Jurumiyyah, Bandung : Sinar Baru
Algensindo, 2005.
Hasibuan, Armyn. Buku
Pedoman Bahasa Arab Untuk Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Padangasidimpuan, Sidimpuan:
IAIN Padangsidimpuan.
Pedoman Dasar Nahwu
Terjemahan Mukhtashar Jiddan, Jakarta :
Darul Ulum Pres, 1996.
Purwanto, Agus. Pintar
Membaca Arab Gundul Dengan Metode Hikari, Bandung : Mizania, 2010.
[1]Syekh
Syamsuddin Muhammad Aroa’ini, Ilmu Nahwu Terjemahan Mutammimah Al-Jurumiyyah,
(Bandung : Sinar
Baru Algensindo, 2005), hlm. 9.
[2]Kiti.
Moch Anwar, Ilmu Nahwu, (Bandung :
Sinar Baru Algensindo, 2006), hlm. 56.
[3]Agus
Purwanto, Pintar Membaca Arab Gundul Dengan Metode Hikari, (Bandung : Mizania, 2010),
hlm. 98.
[4]Pedoman
Dasar Nahwu Terjemahan Mukhtashar Jiddan, (Jakarta: Darul Ulum Pres, 1996),
hlm. 58.
[5]Op.
Cit. 53.
[6]Armyn
Hasibuan, Buku Pedoman Bahasa Arab Untuk Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN
Padangasidimpuan, (Sidimpuan: IAIN Padangsidimpuan), hlm. 4.
[7]Ibid.,
hlm. 18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar